Rabu, 26 November 2014



PROPOSAL
MENGETAHUI HUBUNGAN KERJA ANTARA KARYAWAN YANG BEKERJA PADA TOSERBA YOGYA BOGOR JUNCTION
TUGAS METODE PENELITIAN

LogoGunadarma
Disusun Oleh:


Nama/ NPM                 : Henri Pratama/33412409
Kelas                              : 3ID03
Mata Kuliah                 : Metode Penelitian
Dosen                             : Suryadi



LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2014



BAB I
PENDAHULUAN


1.1     Latar Belakang
          Perkembangan teknologi pada saat ini memberi dampak terhadap segala bidang kehidupan. Perkembangan tersebut lahir berdasarkan hasil pemikiran manusia. Hasil pemikiran tersebut akhirnya digunakan pada kehidupan manusia sehari-hari dan berlangsung lama hingga saat ini dan menjadi sebuah kebudayaan. Kebudayaan yang tercipta ditengah masyarakat dari dulu hingga sekarang memperkaya kehidupan dalam bermasyarakat, oleh karena itu kebudayaan harus tetap dipelihara dan dilestarikan walaupun perkembangan teknologi pada saat memberikan dampak perubahan terhadap kebudayaan itu sendiri.  Kebudayaan baru yang lahir dari pemikiran manusia harus sesuai dengan adat-istiadat yang berlaku pada suatu organisasi masyarakat, walaupun setiap kebudayaan baru yang tercipta merupakan suatu hasil proses kreatifitas dari manusia dan dapat melatih kekreatifan manusia itu sendiri.
      Akibat lain dari perkembangan teknologi yang terjadi pada saat ini adalah perubahan yang terjadi pada cara kerja yang diterapkan pada organisasi kerja dan perubahan tersebut dapat berlangsung secara cepat dan tiba- tiba mengikuti arus perkembangan teknologi. Dampak dari perubahan yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba itu adalah ketidaksiapan dari pekerja itu sendiri menghadapi perubahan yang terjadi. Manusia secara utuh adalah manusia yang memiliki berbagai ciri atau sifat kodrati manusia yang seimbang antara berbagai segi yaitu individu dan sosial.Sering terjadi konflik di berbagai kehidupan sosial, terutama konflik yang berasal dari sumber daya manusia, di mana dengan berbagai latar belakang yang berbeda tentu mempunyai tujuan yang berbeda pula dalam tujuan dan motivasi mereka dalam bekerja.
Seorang pimpinan yang ingin memajukan organisasinya, harus memahami faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya konflik, baik konflik di dalam individu maupun konflik antar perorangan dan konflik di dalam kelompok maupun konflik antar kelompok. Pemahaman faktor-faktor tersebut akan memudahkan tugasnya dalam hal menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi dan menyalurkannya ke arah perkembangan yang positif. Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukannya suatu ilmu yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. Ilmu yang berguna untuk menyelesaikan masalah tersebut salah satuya adalah ilmu psikologi industri. Ilmu psikologi industri adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia di tempat kerja, ilmu ini berfokus pada pengambilan keputusan kelompok, semangat kerja karyawan, motivasi kerja serta berbagai masalah yang hadir pada pekerja terhadap lingkungan kerjanya.
            Pengaplikasian ilmu psikologi industri di zaman perkembangan teknologi dan perubahan kebudayaan ini adalah untuk meneliti dan mengidentifikasi prilaku serta sikap dan masalah yang dihadapi oleh karyawan yang bekerja pada pasar modern dalam proposal ini pasar modern yang akan diamati adalah Toserba Yogya Bogor Junction. Harapan yang ingin dicapai dengan menggunakan ilmu psikologi industri adalah agar dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh karyawan pada unit kerjanya berdasarkan hasil wawancara oleh karyawan.

1.2     Perumusan Masalah
          Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas ada beberapa masalah yang ingin diketahui adalah sebagau berikut :
1.      Bagaimana cara mengetahui konflik yang terjadi pada perusahaan.
2.      Bagaimana cara mengetahui keterampilan individu yang dimiliki oleh karyawan

1.3     Tujuan Observasi
            Berdasarkan masalah yang ingin diketahui, maka dalam proposal ini terdapat tujuan dari dilakukannya observasi diantaranya :
1.      Mengetahui hubungan kerja karyawan dengan karyawan lain yang bekerja pada Toserba Yogya Bogor Junction.
2.      Mengetahui konflik dan kendala yang terjadi diantara karyawan dalam bekerja.
1.4     Pembatasan Masalah
          Batasan penelitian dalam hal ini dilakukan untuk membatasi hal-hal yang berkaitan dengan proposal penelitian ini. Batasan penelitian dalam hal ini yaitu karyawan yang diamati adalah karyawan yang bekerja pada Toserba Yogya Bogor Junction.

1.4     Metode Penelitian
            Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode wawancara dalam mengumpulkan data.
1.5              Rencana Waktu Penelitian
Rencana waktu yang dibutuhkan penulis yaitu dibuat dalam bentuk tabel untuk mempermudah pembaca. Berikut adalah tabel rencana waktu penelitian:

No

Kegiatan
Minggu :


1
2
3
4
5
1
Penyusunan Proposal





2
Penentuan Sampel





3
Pengumpulan Data





4
Perhitungan Data





5
Pembuatan Laporan





6
Asistensi Laporan





7
Penyempurnaan Laporan





8
Penyelesaian Laporan









BAB II
LANDASAN TEORI

2.1       Landasan Teori
            Landasan teori berisi tentang teori-teori yang dipakai dalam laporan observasi ini yang bertujuan untuk menunjang serta menjadi acuan dalam penyelesaian masalah-masalah yang ingin diselesaikan berdasarkan buku, jurnal atau informasi lain yang berkaitan dengan penyelesaian masalah yang ingin dipecahkan pada laporan observasi kali ini.

2.1.1    Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Macam-macam observasi yaitu
1.            Observasi partisipatif
Peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Observasi ini digolongkan menjadi partisipasi pasif, partisipasi moderet, observasi yang terus terang atau tersamar, dan observasi lengkap.
2.         Observasi terus terang atau tersamar
Peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian.
3.         Observasi tak berstruktur
Observasi ini dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti dapat melakukan pengamatan bebas.
Observasi bermanfaat agar peneliti memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, mendapatkan pengalaman langsung, melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, menemukan hal-hal yang tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara, menemukan hal-hal diluar persepsi responden, memperoleh kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti. Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yaitu tempat, pelaku, dan aktivitas, space, obyek, act, event, time, goal, dan feeling. Tahapan observasi yaitu
1.      Observasi deskriptif dilakukan saat memasuki situasi sosial sebagai obyek penelitian.
2.      Observasi terfokus dilakukan saat analisis taksonomi
3.      Observasi terseleksi dilakukan setelah peneliti menguraikan fokus yang.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Teknik pengumpulannya berdasar pada laporan tentang diri sendiri atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi. Dalam penelitian kualitatif sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam.

2.1.2    Konflik Organisasi
Para pakar ilmu perilaku organisasi, memang banyak yang memberikan definisi tentang konflik. Diantaranya ialah Drs. Ariyono Suyono: “Proses atau keadaan dimana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing akibat adanya perbedaan pendapat ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.”dan Robbins yang merumuskan konflik sebagai: “Sebuah proses di mana sebuah upaya sengaja dilakukan oleh seseorang untuk menghalangi usaha yang dilakukan oleh orang lain dalam berbagai bentuk hambatan (Blocking) yang menjadikan orang lain tersebut merasa frustasi dalam usahanya mencapai tujuan yang diinginkan atau merealisasi minatnya.” Dengan demikian yang dimaksud dengan konflik adalah proses pertikaian yang terjadi karena perbedaan pendapat ataupun tuntutan dari masing-masing pihak yang menghambat atau menggagalkan tercapainya tujuan.
Diasumsikan pula bahwa ada dua pihak atau lebih yang tujuan atau kepentingannya tidak saling menunjang. Seperti yang diketahui bahwa sumber daya dana, daya reputasi, kekuasaan, dan lain-lain dalam kehidupan dan dalam organisasi terbatas jumlahnya. Setiap orang, setiap kelompok atau setiap organisasi akan berusaha memperoleh sumber daya tersebut secukupnya dan kelangkaan tersebut akan mendorong persaingan dan individu atau kelompok atau organisasi akan menghalangi setiap pihak yang punya kepentingan atau tujuan yang sama. Pihak-pihak tersebut kemudian bertindak sebagai oposisi terhadap satu sama lain. Bila ini terjadi, maka status dari situasi dapat disebut dalam kondisi “konflik”. Menurut penulis Amerika yaitu Cathy A Constantino dan Christina Sickles Merchant konflik pada dasarnya adalah: “Sebuah proses mengeksresikan ketidakpuasan, ketidaksetujuan, atau harapan-harapan yang tidak terealisasikan.”

2.1.3    Faktor Penyebab Konflik
Konflik dapat terjadi karena disebabkan berbagai faktor yang ada. Menurut Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebab sebab terjadinya konflik antara lain sebagai berikut:
1. Perbedaan Antar perorangan
Perbedaan ini dapat berupa perbedaan perasaan, pendirian, atau pendapat. Hal ini mengingat bahwa manusia adalah individu yang unik atau istimewa, karena tidak pernah ada kesamaan yang baku antara yang satu dengan yang lain.Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik sosial, sebab dalam menjalani sebuah pola interaksi sosial, tidak mungkin seseorang akan selalu sejalan dengan individu yang lain.
2. Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan kebudayaan mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku perseorangan dalam kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Selain perbedaan dalam tataran individual, kebudayaan dalam masing-masing kelompok juga tidak sama. Setiap individu dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkungan kelompok masyarakat yang samapun tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan kebudayaan, karena kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkannya tidak sama. Dalam tataran kebudayaan ini akan terjadi perbedaan nilai dan norma yang ada dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang dipakai oleh satu kelompok atau masyarakat tidak akan sama dengan yang dipakai oleh kelompok atau masyarakat lain. Apabila tidak terdapat rasa saling pengertian dan menghormati perbedaan tersebut, tidak menutup kemungkinan faktor ini akan menimbulkan terjadinya konflik sosial.
3. Bentrokan Kepentingan
Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok tentu juga akan memiliki kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan kelompok lain.
4. Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat di dalam Masyarakat
Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi dan perbedaan pendirian mengenai re-organisation dari sistem nilai yang baru. Perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan mendadak akan membuat keguncangan proses-proses sosial di dalam masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada. Sebenarnya perubahan adalah sesuatu yang wajar terjadi, namun jika terjadinya secara cepat akan menyebabkan gejolak sosial, karena adanya ketidaksiapan dan keterkejutan masyarakat, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya konflik sosial. Contohnya kenaikan BBM, termasuk perubahan yang begitu cepat.Masyarakat banyak yang kurang siap dan kemudian menimbulkan aksi penolakan terhadap perubahan tersebut.
Ada konflik, biasanya ada sumber-sumber yang menjadikan konflik tersebut muncul, secara umum biasanya terjadi karena tersebut dibawah ini:
1. Adanya aspirasi yang tidak ditampung.
2. Ketidakpuasan, perasaan ketidakadilan.
3. Kurang transparannya beberapa hal.


2.1.4    Jenis-Jenis Konflik dalam Organisasi
Ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi. Jenis-jenis konflik dalam kehidupan organisasi dibedakan menjadi:
1. Konflik dalam diri individu
Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
2.  Konflik antar individu dalam organisasi yang sama karena
Pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
3. Konflik antar individu dan kelompok
Seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja.
5. Konflik antar organisasi
Konflik ini biasanya disebut dengan persaingan.

2.1.5    Strategi Penyelesaian Konflik
Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri.


2.  Mengakomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian
3. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
4. Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak. Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
Strategi Mengatasi Konflik Dalam Diri Individu (Intra individual Conflict)
Menurut Wijono (1993 : 42-66), untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling tidak tujuh strategi yaitu:
1) Menciptakan kontak dan membina hubungan
2) Menumbuhkan rasa percaya dan penerimaan
3) Menumbuhkan kemampuan /kekuatan diri sendiri
4) Menentukan tujuan
5) Mencari beberapa alternative
6) Memilih alternative
7) Merencanakan pelaksanaan jalan keluar


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengatasi konflik:
1. Ciptakan sistem dan pelaksanaan komunikasi yang efektif.
2. Cegahlah konflik yang destruktif sebelum terjadi.
3. Tetapkan peraturan dan prosedur yang baku terutama yang menyangkut hak karyawan.
4. Atasan mempunyai peran penting dalam menyelesaikan konflik yang muncul.
5. Ciptakanlah iklim dan suasana kerja yang harmonis.
6. Bentuklah team work dan kerja-sama yang baik antar kelompok/ unit kerja.
7. Semua pihak hendaknya sadar bahwa semua unit/eselon merupakan mata rantai organisasi yang saling mendukung, jangan ada yang merasa paling hebat.
8. Bina dan kembangkan rasa solidaritas, toleransi, dan saling pengertian antar unit/departemen/ eselon.

2.1.6    Keterampilan Individu dalam Organisasi
Keterampilan adalah aplikasi atau penerapan khusus dari satu atau lebih potensi yang ada. Sebagaimana orang berbeda dengan berbagai kemampuan mereka, mereka mempunyai tingkatan keterampilan yang berbeda yang mereka peroleh dari hasil pelatihan. Organisasi suatu perusahaan menengah atau besar biasanya tampak rumit bagi orang kebanyakan.  Ada banyak orang yang terlibat dan tentu saja banyak variasi pekerjaan serta jabatan yang dijalani.  Namun berbagai jenis dan bentuk pekerjaan yang beragam tersebut sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi:
Kelompok keterampilan yang harus dimiliki orang-orang yang bekerja dalam organisasi perusahaan tersebut adalah :
1.        Keterampilan teknis
Pekerja atau karyawan pada level pelaksana harus memiliki keterampilan teknis dalam bidangnya masing-masing.  Sebagai contoh adalah staf akuntansi yang harus dan wajib memahami proses akuntansi, mulai dari pengumpulan data-data transaksi sampai menghasilkan laporan keuangan.  Contoh lain adalah tenaga tukang las yang harus memahami penggunaan bahan dan alat las yang digunakan, sampai prosedur keamanan dan kualitas hasil las.  Dan bagian marketing, tentu saja harus memahami berbagai alternatif strategi promosi dan bagaimana menghadapi pesaing.
2.        Keterampilan hubungan manusia
Karyawan yang berada pada posisi jabatan supervisor atau penyelia, selain harus memiliki keterampilan teknis juga wajib memahami keterampilan hubungan manusia. Sebagai penyelia atau supervisor, karyawan tersebut lebih banyak mengurusi manusia atau karyawan bawahannya daripada melaksanakan pekerjaan secara langsung. Level manajer hampir sama dengan level supervisor dimana mereka juga sangat banyak berurusan dengan manusia yaitu bawahan dan rekan sejawat,  namun mereka juga harus memahami dan memelihara sistem didalam lingkungan bagiannya.
3.        Keterampilan konsep
Pada level posisi jabatan puncak seperti General Manager atau Direktur, mereka wajib memiliki ilmu dan keterampilan konsep atau conceptual skill.  Porsi keterampilan ini lebih banyak, karena pekerjaan urusan hubungan manusia sebagian besar ditangani oleh level manajer serta supervisor, sedangkan pekerjaan teknis dilaksanakan oleh karyawan level pelaksana. Pelatihan atau training yang diberikan untuk penyelia atau supervisor, pemahaman posisi dan kedudukan supervisor didalam organisasi akan dijelaskan dengan lebih baik.  Biasanya dalam suatu training supervisor yang baik juga diberikan contoh-contoh serta  kasus dalam dunia kerja.
Mengikuti training dasar supervisor maka penyelia atau supervisor akan memahami hal ini.  Memahami fungsi dan peranannya yang mana diharapkan supervisor tersebut dapat bekerja dengan baik sesuai sasaran perusahaan.  Sedangkan keterampilan lanjutan yang sangat baik dan dibutuhkan oleh supervisor atau manajer adalah personal development (pengembangan diri), leadership (kepemimpinan) dan bagaimana cara menangani perubahan (change management).



4.      Keterampilan Komunikasi
Komunikasi sebagai penyampaian informasi dari pengirim kepada penerima dimana informasi itu dapat dipahami oleh penerima. Komunikasi juga dapat dipandang sebagai sarana untuk memodifikasi perilaku, mempengaruhi perubahan, memproduktifkan informasi, dan sarana untuk mencapai tujuan. Aktivitas kelompok, koordinasi dan perubahan tidak dapat dilakukan dengan baik tanpa adanya komunikasi.dalam organisasi. Komunikasi dalam organisasi merupakan sarana penting untuk mengkoordinasikan pekerjaan pada bagian-bagian yang terpisah.
Komunikasi bukan hanya tentang cara bicara atau teknik menyampaikan pendapat. Faktor terpenting dari berhasilnya proses komunikasi adalah ”Pelaku Komunikasi” itu sendiri—dalam hal ini adalah manusia, adalah diri kita.
Bagaimana pesan diolah dalam kepala, diberi makna, bagaimana memilih kata-kata yang tepat dan bagaimana cara menyampaikannya, semua dilakukan oleh pihak yang sama, yaitu manusia. Karena itu pada dasarnya komunikasi berpijak pada upaya pemahaman diri sendiri dan orang lain. Yakni pemahaman tentang perasaannya, keyakinannya, nilai pribadinya, tujuan hidup, sikap, persepsi tentang lingkungan, dan motivasinya dalam melakukan suatu pekerjaan maupun dalam berhubungan dengan orang lain. Jiwa yang tulus, bersih dari prasangka, menghargai setiap keunikan, jujur, serta mensyukuri pemberian Allah dan senantiasa belajar, akan dimudahkan dalam berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain.

Hambatan dalam Komunikasi
1.   Mendengar selektif. Tidak mendengarkan semua informasi, tetapi memilih yang hanya ia perlukan atau ia sukai.
2.   Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3.   Menilai sumber informasi. Mengaanggap remeh pemberi informasi, sehingga kehilangan manfaat dari apa yang disampaikan pemberi informasi.
4.   Persepsi yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
5.   Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda
6.   Tanda nonverbal yang tidak konsisten. Misalnya cara menatap, kerutan di wajah, gerakan tangan dan tubuh, intonasi suara.
7.   Pengaruh emosi yang berlebihan, baik berupa emosi negatif (marah, kecewa, sedih) maupun emosi positif (gembira, takjub)
8.   Gangguan yang berasal dari lingkungan sekitar kita, misalnya berupa kebisingan, panas.
9.   Perbedan budaya dan adat kebiasaaan.
10. Hambatan teknis. Kurangnya penjelasan, tidak adanya prosedur/program kerja yang jelas,kurangnya keterampilan membaca, salah memilih media/saluran yg tepat.

2.1.7 Keuntungan Komunikasi Organisasi
Dapat menghasilkan suatu team work yang baik.mendukung peningkatan kinerja organisasi, keharmonisan dan koordinasi kerja yang berdampakpositif pada pencapaian target dan prestasi kerja (hasil penelitian Suranto, 2006)
Komunikasi atasan kepada bawahan yang berjalan baik akan menjadi kekuatan bagi organisasi dalam memaksimumkan kontribusinya bagi kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat yang lebih luas. Fungsi komunikasi organisasi:
1.      Fungsi transfer informasi
          pekerjaan yang harus dilakukan, memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk mengambil keputusan
2.      Fungsi pengendalian
          menilai pilihan-pilihan alternatif, mengarahkan bawahan untuk bekerja dengan baik mencapai standar kinerja yang ditetapkan, memicu motivasi pegawai, serta mengendalikan perilaku anggota.



Aspek-aspek Komunikasi Atasan kepada Bawahan:
1.  Pemahaman
Pemahaman merupakan penerimaan yang cermat dari karyawan mengenai isi pesan yang dimaksud oleh atasan. Isi pesan tersebut dapat bersifat verbal maupun nonverbal seperti memo, buku pedoman atau kebijakan. Karyawan diharapkan dapat memahami pesan yang disampaikan atasan sesuai dengan maksud atasan sehingga apa yang karyawan kerjakan tepat sasaran. Ketepatan pemahaman karyawan terhadap tugas-tugas atau perintah yang diberikan atasan sangat penting karena akan mempengaruhi bagaimana penerapannya dan hasil kerjanya.  Organisasi perlu mengambil langkah yangtepat dalam memastikan bahwa semua pegawai memiliki keahlian yang perlu untuk menerjemahkan pesan-pesan secara efektif. Semakin dekat pesan yang diterjemahkan dengan maksud komunikator maka semakin efektif komunikasi yang terjadi.
2. Perubahan sikap
Komunikasi ditujukan untuk mempengaruhi karyawan baik dalam pendapat, sikap dan tindakan sesuai dengan yang diharapkan atasan, dalam rangka mencapai tujuan-tujuan dan nilai-nilai organisasi. Komunikasi dapat dijadikan sebagai sarana untuk memodifikasi perilaku dan mempengaruhi perubahan.
3.  Hubungan sosial yang baik
Komunikasi dapat menimbulkan suatu hubungan sosial yang baik antara atasan dan bawahan, menimbulkan kepercayaan antara kedua pihak, tidak terjadi kesalahpahaman, menciptakan interaksi yang baik, atasan dapat mengendalikan dan memotivasi bawahan, sedangkan bawahan pun mau untuk dikendalikan dan dimotivasi oleh atasan.
4. Tindakan
Komunikasi dapat mendorong karyawan untuk bertindak sesuai dengan yang dimaksud atasan, tanpa rasa keterpaksaan. Efektivitas komunikasi diukur dari tindakan nyata yang ditunjukan oleh karyawan. Atasan harus berhasil menanamkan pemahaman, meyakinkan karyawan agar mengubah sikap sesuai tujuan organisasi dan menumbuhkan hubungan yang baik dengan karyawan.






 


DAFTAR PUSTAKA



Budiyono. 2009. Sosiologi 2 untuk SMA/MA XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Soerjono Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wrahatnala, Bondet. 2009. Sosiologi 2 untuk SMA dan MA kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.