PROPOSAL
MENGETAHUI HUBUNGAN KERJA ANTARA KARYAWAN YANG BEKERJA
PADA TOSERBA YOGYA BOGOR JUNCTION
TUGAS METODE PENELITIAN
Disusun Oleh:
Nama/
NPM : Henri
Pratama/33412409
Kelas : 3ID03
Mata
Kuliah : Metode Penelitian
Dosen : Suryadi
LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan
teknologi pada saat ini memberi dampak terhadap segala bidang kehidupan.
Perkembangan tersebut lahir berdasarkan hasil pemikiran manusia. Hasil
pemikiran tersebut akhirnya digunakan pada kehidupan manusia sehari-hari dan
berlangsung lama hingga saat ini dan menjadi sebuah kebudayaan. Kebudayaan yang
tercipta ditengah masyarakat dari dulu hingga sekarang memperkaya kehidupan
dalam bermasyarakat, oleh karena itu kebudayaan harus tetap dipelihara dan
dilestarikan walaupun perkembangan teknologi pada saat memberikan dampak
perubahan terhadap kebudayaan itu sendiri.
Kebudayaan baru yang lahir dari pemikiran manusia harus sesuai dengan
adat-istiadat yang berlaku pada suatu organisasi masyarakat, walaupun setiap
kebudayaan baru yang tercipta merupakan suatu hasil proses kreatifitas dari
manusia dan dapat melatih kekreatifan manusia itu sendiri.
Akibat lain dari perkembangan teknologi yang terjadi pada saat
ini adalah perubahan yang terjadi pada cara kerja yang diterapkan pada
organisasi kerja dan perubahan tersebut dapat berlangsung secara cepat dan
tiba- tiba mengikuti arus perkembangan teknologi. Dampak dari perubahan yang
terjadi secara cepat dan tiba-tiba itu adalah ketidaksiapan dari pekerja itu
sendiri menghadapi perubahan yang terjadi. Manusia secara utuh adalah manusia
yang memiliki berbagai ciri atau sifat kodrati manusia yang seimbang antara
berbagai segi yaitu individu dan sosial.Sering terjadi konflik di berbagai
kehidupan sosial, terutama konflik yang berasal dari sumber daya manusia, di
mana dengan berbagai latar belakang yang berbeda tentu mempunyai tujuan yang
berbeda pula dalam tujuan dan motivasi mereka dalam bekerja.
Seorang pimpinan yang
ingin memajukan organisasinya, harus memahami faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan timbulnya konflik, baik konflik di dalam individu maupun konflik
antar perorangan dan konflik di dalam kelompok maupun konflik antar kelompok.
Pemahaman faktor-faktor tersebut akan memudahkan tugasnya dalam hal
menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi dan menyalurkannya ke arah
perkembangan yang positif. Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukannya
suatu ilmu yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. Ilmu yang
berguna untuk menyelesaikan masalah tersebut salah satuya adalah ilmu psikologi
industri. Ilmu psikologi industri adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia
di tempat kerja, ilmu ini berfokus pada pengambilan keputusan kelompok,
semangat kerja karyawan, motivasi kerja serta berbagai masalah yang hadir pada
pekerja terhadap lingkungan kerjanya.
Pengaplikasian ilmu psikologi industri di zaman
perkembangan teknologi dan perubahan kebudayaan ini adalah untuk meneliti dan
mengidentifikasi prilaku serta sikap dan masalah yang dihadapi oleh karyawan
yang bekerja pada pasar modern dalam proposal ini pasar modern yang akan
diamati adalah Toserba Yogya Bogor Junction. Harapan yang ingin dicapai dengan
menggunakan ilmu psikologi industri adalah agar dapat menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi oleh karyawan pada unit kerjanya berdasarkan hasil
wawancara oleh karyawan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah dijelaskan diatas ada beberapa masalah yang ingin diketahui
adalah sebagau berikut :
1.
Bagaimana cara mengetahui konflik yang
terjadi pada perusahaan.
2.
Bagaimana cara mengetahui keterampilan
individu yang dimiliki oleh karyawan
1.3 Tujuan Observasi
Berdasarkan masalah yang ingin diketahui, maka dalam
proposal ini terdapat tujuan dari dilakukannya observasi diantaranya :
1.
Mengetahui hubungan kerja karyawan dengan
karyawan lain yang bekerja pada Toserba Yogya Bogor Junction.
2.
Mengetahui konflik dan kendala yang terjadi
diantara karyawan dalam bekerja.
1.4 Pembatasan Masalah
Batasan penelitian
dalam hal ini dilakukan untuk membatasi hal-hal yang berkaitan dengan proposal
penelitian ini. Batasan penelitian dalam hal ini yaitu karyawan yang diamati
adalah karyawan yang bekerja pada Toserba Yogya Bogor Junction.
1.4 Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian, penulis
menggunakan metode wawancara dalam mengumpulkan data.
1.5
Rencana
Waktu Penelitian
Rencana
waktu yang dibutuhkan penulis yaitu dibuat dalam bentuk tabel untuk mempermudah
pembaca. Berikut adalah tabel rencana waktu penelitian:
No
|
Kegiatan
|
Minggu :
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
Penyusunan
Proposal
|
|||||
2
|
Penentuan
Sampel
|
|||||
3
|
Pengumpulan
Data
|
|||||
4
|
Perhitungan Data
|
|||||
5
|
Pembuatan Laporan
|
|||||
6
|
Asistensi Laporan
|
|||||
7
|
Penyempurnaan
Laporan
|
|||||
8
|
Penyelesaian Laporan
|
BAB
II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Landasan teori
berisi tentang teori-teori yang dipakai
dalam laporan observasi ini yang bertujuan untuk menunjang serta menjadi acuan
dalam penyelesaian masalah-masalah yang ingin diselesaikan berdasarkan buku, jurnal atau informasi lain yang
berkaitan dengan penyelesaian masalah yang ingin dipecahkan pada laporan
observasi kali ini.
2.1.1 Pengumpulan Data
Dalam
penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting, sumber
data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta,
wawancara mendalam, dan dokumentasi. Observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Macam-macam observasi yaitu
1.
Observasi
partisipatif
Peneliti
mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan, dan
berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Observasi ini digolongkan menjadi
partisipasi pasif, partisipasi moderet, observasi yang terus terang atau
tersamar, dan observasi lengkap.
2. Observasi terus terang atau tersamar
Peneliti
menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan
penelitian.
3.
Observasi tak berstruktur
Observasi
ini dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti
dapat melakukan pengamatan bebas.
Observasi
bermanfaat agar peneliti memahami konteks data dalam keseluruhan situasi
sosial, mendapatkan pengalaman langsung, melihat hal-hal yang kurang atau tidak
diamati orang lain, menemukan hal-hal yang tidak akan terungkapkan oleh
responden dalam wawancara, menemukan hal-hal diluar persepsi responden,
memperoleh kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yaitu tempat, pelaku, dan
aktivitas, space, obyek, act, event,
time, goal, dan feeling. Tahapan
observasi yaitu
1. Observasi
deskriptif dilakukan saat memasuki situasi sosial sebagai obyek penelitian.
2. Observasi
terfokus dilakukan saat analisis taksonomi
3. Observasi
terseleksi dilakukan setelah peneliti menguraikan fokus yang.
Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Teknik
pengumpulannya berdasar pada laporan tentang diri sendiri atau setidak-tidaknya
pada pengetahuan dan keyakinan pribadi. Dalam penelitian kualitatif sering
menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam.
2.1.2 Konflik Organisasi
Para pakar ilmu
perilaku organisasi, memang banyak yang memberikan definisi tentang konflik.
Diantaranya ialah Drs. Ariyono Suyono: “Proses atau
keadaan dimana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing
akibat adanya perbedaan pendapat ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.”dan
Robbins yang merumuskan konflik sebagai: “Sebuah proses di mana sebuah upaya sengaja
dilakukan oleh seseorang untuk menghalangi usaha yang dilakukan oleh orang lain
dalam berbagai bentuk hambatan (Blocking)
yang menjadikan orang lain tersebut merasa frustasi dalam usahanya mencapai
tujuan yang diinginkan atau merealisasi minatnya.” Dengan demikian yang
dimaksud dengan konflik adalah proses pertikaian yang terjadi karena perbedaan pendapat ataupun tuntutan dari masing-masing pihak yang
menghambat atau menggagalkan tercapainya tujuan.
Diasumsikan pula bahwa
ada dua pihak atau lebih yang tujuan atau kepentingannya tidak saling
menunjang. Seperti yang diketahui bahwa sumber daya dana, daya reputasi,
kekuasaan, dan lain-lain dalam kehidupan dan dalam organisasi terbatas jumlahnya. Setiap orang, setiap
kelompok atau setiap organisasi akan berusaha memperoleh sumber daya tersebut
secukupnya dan kelangkaan tersebut akan mendorong persaingan dan individu atau
kelompok atau organisasi akan menghalangi setiap pihak yang punya kepentingan
atau tujuan yang sama. Pihak-pihak tersebut kemudian bertindak sebagai oposisi
terhadap satu sama lain. Bila ini terjadi, maka status dari situasi dapat
disebut dalam kondisi “konflik”. Menurut penulis Amerika yaitu Cathy A
Constantino dan Christina Sickles Merchant konflik pada dasarnya adalah:
“Sebuah proses mengeksresikan ketidakpuasan, ketidaksetujuan, atau
harapan-harapan yang tidak terealisasikan.”
2.1.3 Faktor Penyebab Konflik
Konflik
dapat terjadi karena disebabkan berbagai faktor yang ada. Menurut Soerjono
Soekanto mengemukakan bahwa sebab sebab
terjadinya konflik antara lain sebagai berikut:
1. Perbedaan Antar perorangan
Perbedaan ini dapat berupa perbedaan
perasaan, pendirian, atau pendapat. Hal ini mengingat bahwa manusia adalah
individu yang unik atau istimewa, karena tidak pernah ada kesamaan yang baku
antara yang satu dengan yang lain.Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menjadi
salah satu penyebab terjadinya konflik sosial, sebab dalam menjalani sebuah
pola interaksi sosial, tidak mungkin seseorang akan selalu sejalan dengan
individu yang lain.
2. Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan kebudayaan mempengaruhi
pola pemikiran dan tingkah laku perseorangan dalam kelompok kebudayaan yang
bersangkutan. Selain perbedaan dalam tataran individual, kebudayaan dalam
masing-masing kelompok juga tidak sama. Setiap individu dibesarkan dalam
lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkungan kelompok masyarakat
yang samapun tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan kebudayaan,
karena kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkannya tidak sama. Dalam tataran
kebudayaan ini akan terjadi perbedaan nilai dan norma yang ada dalam lingkungan
masyarakat. Ukuran yang dipakai oleh satu kelompok atau masyarakat tidak akan
sama dengan yang dipakai oleh kelompok atau masyarakat lain. Apabila tidak
terdapat rasa saling pengertian dan menghormati perbedaan tersebut, tidak
menutup kemungkinan faktor ini akan menimbulkan terjadinya konflik sosial.
3. Bentrokan Kepentingan
Bentrokan kepentingan dapat terjadi
di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini karena setiap individu memiliki kebutuhan dan
kepentingan yang berbeda dalam melihat atau mengerjakan sesuatu. Demikian pula
halnya dengan suatu kelompok tentu juga akan memiliki kebutuhan dan kepentingan
yang tidak sama dengan kelompok lain.
4. Perubahan Sosial yang Terlalu
Cepat di dalam Masyarakat
Perubahan tersebut dapat menyebabkan
terjadinya disorganisasi dan perbedaan pendirian mengenai re-organisation dari sistem nilai yang baru.
Perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan mendadak akan membuat keguncangan
proses-proses sosial di dalam masyarakat, bahkan
akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada. Sebenarnya perubahan
adalah sesuatu yang wajar terjadi, namun jika terjadinya secara cepat akan
menyebabkan gejolak sosial, karena adanya ketidaksiapan dan keterkejutan
masyarakat, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya konflik sosial. Contohnya kenaikan BBM, termasuk
perubahan yang begitu cepat.Masyarakat banyak yang kurang siap dan kemudian
menimbulkan aksi penolakan terhadap perubahan tersebut.
Ada konflik, biasanya ada sumber-sumber yang
menjadikan konflik tersebut muncul, secara umum biasanya terjadi karena
tersebut dibawah ini:
1.
Adanya aspirasi yang tidak ditampung.
2.
Ketidakpuasan, perasaan ketidakadilan.
3.
Kurang transparannya beberapa hal.
2.1.4 Jenis-Jenis Konflik dalam Organisasi
Ada lima
jenis konflik dalam kehidupan organisasi. Jenis-jenis konflik dalam kehidupan
organisasi dibedakan menjadi:
1.
Konflik dalam diri individu
Konflik
terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak
mungkin dipenuhi sekaligus.
2. Konflik antar individu dalam organisasi yang
sama karena
Pertentangan
kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
3.
Konflik antar individu dan kelompok
Seringkali
berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai
konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
4.
Konflik antar kelompok dalam organisasi
yang sama
Konflik
ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik
antar lini dan staf, pekerja dan pekerja.
5.
Konflik antar organisasi
Konflik ini biasanya
disebut dengan persaingan.
2.1.5 Strategi Penyelesaian Konflik
Pendekatan
penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah
kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam
dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan
jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika
potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya.
Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang
berkonfrontasi untuk menenangkan diri.
2. Mengakomodasi
Penyelesaian konflik yang
menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya
penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri.
Proses tersebut adalah taktik perdamaian
3. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang
menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian
bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation. Metode ini mungkin bisa memicu
konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan
keamanan.
4. Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan
menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima,
serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik
yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak. Perlu adanya satu komitmen dari
semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu
sama lainnya.
Strategi
Mengatasi Konflik Dalam Diri Individu (Intra individual Conflict)
Menurut Wijono (1993 :
42-66), untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling tidak
tujuh strategi yaitu:
1) Menciptakan kontak
dan membina hubungan
2) Menumbuhkan rasa
percaya dan penerimaan
3) Menumbuhkan
kemampuan /kekuatan diri sendiri
4) Menentukan tujuan
5) Mencari beberapa
alternative
6) Memilih alternative
7) Merencanakan
pelaksanaan jalan keluar
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam mengatasi konflik:
1. Ciptakan sistem dan pelaksanaan
komunikasi yang efektif.
2. Cegahlah konflik yang destruktif sebelum terjadi.
3. Tetapkan peraturan dan prosedur
yang baku terutama yang menyangkut hak karyawan.
4. Atasan mempunyai peran penting
dalam menyelesaikan konflik yang muncul.
5. Ciptakanlah iklim dan suasana
kerja yang harmonis.
6. Bentuklah team work dan kerja-sama yang baik antar kelompok/ unit kerja.
7. Semua pihak hendaknya sadar bahwa
semua unit/eselon merupakan mata rantai organisasi yang saling mendukung,
jangan ada yang merasa paling hebat.
8. Bina dan kembangkan rasa
solidaritas, toleransi, dan saling pengertian antar unit/departemen/ eselon.
2.1.6 Keterampilan Individu dalam Organisasi
Keterampilan
adalah aplikasi atau penerapan khusus dari satu atau lebih potensi yang ada. Sebagaimana orang berbeda dengan
berbagai kemampuan mereka, mereka mempunyai tingkatan keterampilan yang berbeda
yang mereka peroleh dari hasil pelatihan.
Organisasi suatu perusahaan
menengah atau besar biasanya tampak rumit bagi orang kebanyakan. Ada
banyak orang yang terlibat dan tentu saja banyak variasi pekerjaan serta
jabatan yang dijalani. Namun berbagai jenis dan bentuk pekerjaan yang
beragam tersebut sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi:
Kelompok keterampilan yang harus dimiliki
orang-orang yang bekerja dalam organisasi perusahaan tersebut adalah :
1.
Keterampilan
teknis
Pekerja atau karyawan pada level
pelaksana harus memiliki keterampilan teknis dalam bidangnya
masing-masing. Sebagai
contoh adalah staf akuntansi yang harus dan wajib memahami proses akuntansi,
mulai dari pengumpulan data-data transaksi sampai menghasilkan laporan
keuangan. Contoh lain
adalah tenaga tukang las yang harus memahami penggunaan bahan dan alat las yang
digunakan, sampai prosedur keamanan dan kualitas hasil las. Dan bagian marketing, tentu saja harus
memahami berbagai alternatif strategi promosi dan bagaimana menghadapi pesaing.
2.
Keterampilan
hubungan manusia
Karyawan yang berada pada posisi
jabatan supervisor atau penyelia,
selain harus memiliki keterampilan teknis juga wajib memahami keterampilan
hubungan manusia. Sebagai penyelia atau supervisor,
karyawan tersebut lebih banyak mengurusi manusia atau karyawan bawahannya
daripada melaksanakan pekerjaan secara langsung. Level manajer hampir sama dengan level supervisor dimana mereka juga sangat banyak berurusan dengan
manusia yaitu bawahan dan rekan sejawat,
namun mereka juga harus memahami dan memelihara sistem didalam
lingkungan bagiannya.
3.
Keterampilan
konsep
Pada level posisi jabatan puncak seperti General Manager atau Direktur, mereka wajib memiliki ilmu dan
keterampilan konsep atau conceptual skill. Porsi keterampilan ini lebih banyak, karena
pekerjaan urusan hubungan manusia sebagian besar ditangani oleh level manajer serta supervisor, sedangkan
pekerjaan teknis dilaksanakan oleh karyawan level
pelaksana. Pelatihan atau training yang diberikan untuk penyelia
atau supervisor, pemahaman posisi dan
kedudukan supervisor didalam
organisasi akan dijelaskan dengan lebih baik. Biasanya
dalam suatu training supervisor yang baik juga diberikan
contoh-contoh serta kasus dalam dunia
kerja.
Mengikuti training
dasar supervisor maka penyelia atau supervisor akan memahami hal ini. Memahami fungsi dan peranannya yang mana
diharapkan supervisor tersebut dapat
bekerja dengan baik sesuai sasaran perusahaan.
Sedangkan keterampilan lanjutan yang sangat baik dan dibutuhkan oleh supervisor atau manajer adalah personal development (pengembangan diri), leadership (kepemimpinan) dan bagaimana cara menangani perubahan (change management).
4. Keterampilan
Komunikasi
Komunikasi sebagai penyampaian
informasi dari pengirim kepada penerima dimana informasi itu dapat dipahami
oleh penerima. Komunikasi juga dapat dipandang sebagai sarana untuk
memodifikasi perilaku, mempengaruhi perubahan, memproduktifkan informasi, dan
sarana untuk mencapai tujuan. Aktivitas kelompok, koordinasi dan perubahan
tidak dapat dilakukan dengan baik tanpa adanya komunikasi.dalam organisasi.
Komunikasi dalam organisasi merupakan sarana penting untuk mengkoordinasikan
pekerjaan pada bagian-bagian yang terpisah.
Komunikasi
bukan hanya tentang cara bicara atau teknik menyampaikan pendapat. Faktor
terpenting dari berhasilnya proses komunikasi adalah ”Pelaku Komunikasi” itu
sendiri—dalam hal ini adalah manusia, adalah diri kita.
Bagaimana
pesan diolah dalam kepala, diberi makna, bagaimana memilih kata-kata yang tepat
dan bagaimana cara menyampaikannya, semua dilakukan oleh pihak yang sama, yaitu
manusia. Karena itu pada dasarnya komunikasi berpijak pada upaya pemahaman diri
sendiri dan orang lain. Yakni pemahaman tentang perasaannya, keyakinannya,
nilai pribadinya, tujuan hidup, sikap, persepsi tentang lingkungan, dan
motivasinya dalam melakukan suatu pekerjaan maupun dalam berhubungan dengan
orang lain. Jiwa yang tulus, bersih dari prasangka, menghargai setiap keunikan,
jujur, serta mensyukuri pemberian Allah dan senantiasa belajar, akan dimudahkan
dalam berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain.
Hambatan
dalam Komunikasi
1. Mendengar
selektif. Tidak mendengarkan semua informasi, tetapi memilih yang hanya ia
perlukan atau ia sukai.
2. Mengabaikan
informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3. Menilai
sumber informasi. Mengaanggap remeh pemberi informasi, sehingga kehilangan
manfaat dari apa yang disampaikan pemberi informasi.
4. Persepsi yang berbeda antara
pengirim dan penerima pesan.
5. Kata yang
berarti lain bagi orang yang berbeda
6. Tanda nonverbal yang tidak
konsisten. Misalnya cara menatap,
kerutan di wajah, gerakan tangan dan tubuh, intonasi suara.
7. Pengaruh
emosi yang berlebihan, baik berupa emosi negatif (marah, kecewa, sedih) maupun
emosi positif (gembira, takjub)
8. Gangguan
yang berasal dari lingkungan sekitar kita, misalnya berupa kebisingan, panas.
9. Perbedan
budaya dan adat kebiasaaan.
10. Hambatan teknis. Kurangnya penjelasan,
tidak adanya prosedur/program kerja yang jelas,kurangnya keterampilan membaca,
salah memilih media/saluran yg tepat.
2.1.7
Keuntungan Komunikasi Organisasi
Dapat menghasilkan suatu team work yang baik.mendukung peningkatan
kinerja organisasi, keharmonisan dan koordinasi kerja yang berdampakpositif
pada pencapaian target dan prestasi kerja (hasil penelitian Suranto, 2006)
Komunikasi atasan kepada bawahan
yang berjalan baik akan menjadi kekuatan bagi organisasi dalam memaksimumkan
kontribusinya bagi kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat yang lebih luas. Fungsi komunikasi organisasi:
1. Fungsi transfer informasi
pekerjaan yang
harus dilakukan, memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok
untuk mengambil keputusan
2. Fungsi pengendalian
menilai pilihan-pilihan
alternatif, mengarahkan bawahan untuk bekerja dengan baik mencapai standar
kinerja yang ditetapkan, memicu motivasi pegawai, serta mengendalikan perilaku
anggota.
Aspek-aspek Komunikasi Atasan kepada Bawahan:
1. Pemahaman
Pemahaman merupakan penerimaan yang
cermat dari karyawan mengenai isi pesan yang dimaksud oleh atasan. Isi pesan
tersebut dapat bersifat verbal maupun
nonverbal seperti memo, buku pedoman
atau kebijakan. Karyawan diharapkan dapat memahami pesan yang disampaikan
atasan sesuai dengan maksud atasan sehingga apa yang karyawan kerjakan tepat
sasaran. Ketepatan pemahaman karyawan terhadap tugas-tugas atau perintah yang
diberikan atasan sangat penting karena akan mempengaruhi bagaimana penerapannya
dan hasil kerjanya. Organisasi
perlu mengambil langkah yangtepat dalam memastikan bahwa semua pegawai memiliki
keahlian yang perlu untuk menerjemahkan pesan-pesan secara efektif. Semakin
dekat pesan yang diterjemahkan dengan maksud komunikator maka semakin efektif
komunikasi yang terjadi.
2. Perubahan sikap
Komunikasi ditujukan untuk
mempengaruhi karyawan baik dalam pendapat, sikap dan tindakan sesuai dengan
yang diharapkan atasan, dalam rangka mencapai tujuan-tujuan dan nilai-nilai
organisasi. Komunikasi dapat dijadikan sebagai sarana untuk memodifikasi
perilaku dan mempengaruhi perubahan.
3. Hubungan
sosial yang baik
Komunikasi dapat menimbulkan suatu
hubungan sosial yang baik antara atasan dan bawahan, menimbulkan kepercayaan
antara kedua pihak, tidak terjadi kesalahpahaman, menciptakan interaksi yang
baik, atasan dapat mengendalikan dan memotivasi bawahan, sedangkan bawahan pun
mau untuk dikendalikan dan dimotivasi oleh atasan.
4. Tindakan
Komunikasi dapat mendorong karyawan
untuk bertindak sesuai dengan yang dimaksud atasan, tanpa rasa keterpaksaan.
Efektivitas komunikasi diukur dari tindakan nyata yang ditunjukan oleh
karyawan. Atasan harus berhasil
menanamkan pemahaman, meyakinkan karyawan agar mengubah sikap sesuai tujuan
organisasi dan menumbuhkan hubungan yang baik dengan karyawan.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiyono. 2009. Sosiologi 2
untuk SMA/MA XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Soerjono Soekanto. 2007.
Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wrahatnala, Bondet. 2009. Sosiologi
2 untuk SMA dan MA kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar